Tabularasa

Ada yang lekang dan tidak lekang. Manusia adalah salah satu bentuk ketidak-lekangan yang paling nyata. Dimana ia pada akhirnya akan terburai bersama ide dan segala organ yang terkubur di dalam jam pasir. 


Lalu apa yang lekang? Yang abadi tak pernah mati?

Ia adalah tulisan, dari pemuntahan-pemuntahan pikiran yang terbenam kemudian mengalir bersama getarnya sebuah pena, bersama terketuknya tombol-tombol keyboard di malam-malam yang resah. Mereka lahir dan tumbuh dengan sendirinya, yang membuat kita merasa bahagia meski tak tahu kenapa. 

Seperti titik hujan pertama yang jatuh di hidung kita, seolah kita istimewa, tulisan membuat kita istimewa. 
Semacam obat juga, yang menyembuhkan kita dari perih parau hidup yang memercik membuat luka, obat yang tak perlu kita beli, obat yang tak bisa kita cari di apotik manapun, tetapi ada di dalam hati.

Ide memang senang bersembunyi, untuk itu kita perlu bermain sebentar dan mencarinya seolah tak tahu ia dimana, padahal kita tahu sekali bahwa ia tak pernah kemana-mana. Ia selalu ada disitu, di tempat itu. Kita hanya butuh kata-kata untuk menerjemahkan semuanya, kita butuh bahasa untuk mengeluarkannya secepat mungkin dari tempat persembunyiannya.


Lalu menulislah, seperti orang yang kesurupan kata-kata..

"Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin.
Akan abadi, sampai jauh di kemudian hari.."
-Pramoedya Ananta Toer-