Hujan, kartu pos, dan stasiun # 2


: lelakiku

Pukul empat sore,
Stasiun sudah sepi
Kereta baru saja berangkat
Udara coklat perlahan masuk ke dadaku
Melalui saku mantel lalu menembus ke lubang paru

Katamu,  pukul dua kau akan tiba
Tapi aku sudah berdiri dari pukul  satu.
Lututku telah pekat diburu lalat
Perih dihujam lirih
Ngilu
Sesekali, hmm tidak berkali kulongokkan kepala ke ujung gerbong
Dan tak sekalipun ada manusia berbaju kuning         
Aku sudah menduga kau pasti bohong
Bahkan aku sudah tau sejak  pagi tadi
Ketika aku bangun di antara tumpahan cat di atas sprei
Tapi kutinggalkan kanvas dan kuas di sudut
 Meminta mereka mengerjakan sendiri
Dan bergegas ku berlari ke stasiun ini

Aku tau kau bohong
Tapi kini aku melonggok jam tangan
sudah pukul enam. Petang, 
segan..