Perahu


Hari ini kita bertukar perahu lagi,
Perahuku warna hitam, dan perahumu juga
Meski samasama warna hitam, tapi kita tidak pernah lelah untuk bertukar perahu

Bagaimana kalau kita cari suasana baru?
Kita lomba adu cepat perahu, perahu siapa yang paling cepat akan mendapat perahu baru
Hmm, tidak tidak.

Bagaimana kalau sesekali kita naik perahu di perahu yang sama
Terserah perahu yang mana, perahuku atau perahumu
Tapi lebih baik perahuku, karena aku tak mau kau kehilangan perahumu
Tapi akan ditaruh dimana perahumu jika kita naik perahuku?
Oh, aku tau
Lebih baik perahumu dilipat saja, lipat yang kecil agar bisa masuk ke saku bajumu                     

Lalu kita berlayar bersama naik perahuku
Mau aku yang mendayung atau kau yang mendayung?
Bagaimana kalau kau saja? Lalu aku yang memberi petunjuk tentang arah
Tentang sesuatu tempat yang kita pernah resah

Jika nanti sudah sampai dimana perahuku telah labuh di tempat itu
Bukalah lipatan perahumu
Mungkin sedikit lecek, tapi tak apa. Toh, kau tetap punya perahu
Aku pun tak bosan dengan perahumu
Sedikit bosan sih,
Ah, bagaimana kalau kita cat saja perahu kita
Kita ganti warna, merah atau jingga
Aku rasa lebih indah jika jingga
Hmm, rasanya daritadi aku terlalu banyak menjawab pertanyaan sendiri
Habis daritadi kau diam saja sih

Oh, ternyata kau sedang sibuk membuat warna ya
Baiklah, jingga itu berasal dari warna merah dan kuning dalam spektrum yang terlihat pada panjang gelombang sekitar enam ratus dua puluh sampai enam ratus delapan puluh lima nanometer
Eh, kau sudah tau ya? Ah, memang aku terlalu sok tau ya.

Baiklah aku akan diam saja, dan seksama  memperhatikanmu memberi warna perahu
Ah, rasanya senang sekali, seperti akan punya perahu baru

Apa? Warna merahnya kurang?
Baiklah akan kuambil dulu kedalam mataku, berapa banyak yang kau butuhkan? Satu gelas atau satu sungai?
Satu langit pun tak apa, mataku masih punya cadangannya, aku kan tinggal menangis saja

Perahunya terlalu merah! Kau sadar tidak?
Ah kau sepeti sedang marahmarah
Ditambah kuning ya?
Tunggulah sebentar, aku akan pergi ke matahari
Untuk meminta warna kuning
Siapa tahu matahari punya
Ah matahari pasti punya

Sudah nih, cepat kan?
Matahari baik sekali
Ia memberiku warna kuning yang banyak, sampaisampai ,lihat deh! jika aku kibas rambutku akan terhambur cairan kuning, indah ya

oh terlalu banyak kuning rupanya?
Lihat perahu kita terlalu silau jadinya!
Butuh keredupan hingga mata siapapun tak akan jengah jika melihatnya
Kalau begitu, aku harus membeli gelap dulu, tidak lama kok
Cuma pergi sejenak ke masa lalu

Ini gelapnya, masa lalu memberiku sebanyak ini
Kataku sembari membuka jaketku, kepingankepingan gelap dan berbagai nasib bertumpuk di situ

Bagaimana?
Apakah kau mau menumpahkannya ke perahu kita?

Kau diam saja, mungkin tanda jika jawabanmu “iya”
Baiklah,
Hitungan ketiga kita tumpahkan bersama-sama ya

Satu
Dua
Tiga!
….
“Ini seperti perahu kita yang dulu, perahu yang sebelum kita ganti warnanya.” Kali ini kau yang bicara dengan keterkejutan yang tak pernah aku tahu bahwa kau ternyata bisa terkejut juga.
“Ini perahumu, dan ini perahuku. Kita tidak usah saling bertukar perahu lagi ya.” Katamu kemudian sambil melipat perahumu.

Perahuku diam saja melihat perahumu yang telah masuk ke saku bajumu.


***