Jarak

: Ratih dan Ryjan

/1/

apa yang lebih sesak dari jarak?
apa yang lebih sengal dari sesal?

jarak yang selalu kita hujat jika kita sedang ingin dekat
dan kenapa peluhmu tak pernah berhenti mengalir dari mataku?



/2/

JARAK

kita membelinya 3 tahun lalu
dengan uang tabungan kita masig masing
di suatu hari kita memecah kenangan itu
kita kumpulkan beragam koin tangis dan lembaran tawa
kita pergi ke bank
lalu kau pertanya kepada perempuan di balik meja

"Mba, aku ingin menukar ini dengan jarak. bisa?"
katamu sembari keberatan membawa bungkusan uang kita

"Bisa, tapi ada syaratnya."

"Apa syaratnya?"

"Sebelumnya anda harus mengisi formulir kepercayaan dan kesetiaan"

"Setelah itu?"

"Sudah, itu saja."

"Nah, kami akan memberi struk janji, harus disimpan dan tidak boleh dibuang.
Karena suatu saat pegawai kami bisa datang ke jarak yang telah anda beli."

Baiklah,

/3/

Kita jual saja jarak itu
Sedari tadi ia cemberut saja,

Kurasa jarak pun tak pernah ingin punya pemilik.

/4/
"Ah, pahit.!" Katamu sembari mencibir setelah mencicipi jarak.

"Sudah tahu pahit, kenapa dibeli?"

"Habisnya harus beli."

Tinggalkan saja di sini jarak itu!


/4/

Apakah yang tak pernah bosan itu?

Apakah jarak?

Siapakah yang merawat jarak hingga selalu panjang?

Padahal setiap malam, kita selalu memotong jarak di mimpi kita


/5/

Siapakah yang menemukan jarak pertama kali?
Kalau bertemu orangnya, beritahu padaku.
Aku akan membunuhnya.

/6/

"Kau pegang ini, aku pegang ini." katamu sembari memberiku kayu besar.
Kita hampiri jarak, kita habisi hingga tak bernyawa.
Setuju?



Juni 2011