Habis Daya

Ketika bising di hembusan jalan malam,
Porak hatimu melerai makna senda yang senada
Tak dapat lagi kau bedakan mana kosong mana isi
Yang kau dapati pada perbekalan siang hari


Samar bayanganmu terhisap aspal
Mengikut jejak pada tumit hak sepatu
Tuk, tuk, tuk
Desah ujung jemari yang menggelap penat


Ranum kemulan urat-urat bibirmu
Wangi sekali sampai sengat mengendus bulu penyaring tubuh
Kau kerat aurat di pertaruhan ranjang kayu
Yang kau yakini jadi emas meski itu sembilu


Untuk anakmu di tempat tidur,
Yang perutnya kau lihat membuncit debur.
Matanya lesu karena beban sependeritaan, dan kau pulang pagi untuk cari makan


Dari mana lantas hingga kaki putih itu habis daya
Mengeram kendur sayap sepi kesucian
Dan kini tergadai segala harta,
yang dulu kau simpan rapi di tempatnya