Sajak Gagal

Untuk: Franky Sahilatua

Tadinya aku akan membuat sajak
Tapi gagal
Karena tak ada tinta
Tunggu, mungkin biar kubeli dulu di toko orang cina

Nestapa, aku lupa ini hari tanggal merah
Semua toko tutup, termasuk toko tinta
Lagipula malam ini hujan.
Ah hujan, aku tak pernah terlalu percaya dengan hujan

Aku juga kalah dengan radio
Sejak tadi radio sudah menulis berpuluh sajak
Kali ini gilian Franky yang sajaknya tentang orang pinggiran
Yang katanya orang pingggiran.. oea..eo..

Terserah, aku tak mau kalah
Baiklah aku akan menulis dengan pinsil saja
Kubuka laci, ada kotak kaset dan buku diari
Kuambil buku diari, didalamnya ada pinsil warna merah nila
Ah, akhirnya!

Kutekan pinsil ke kertas.
Tanggal 7 Mar..
Tak!
Pinsilku patah,di kertas terlihat parah
Mungkin pinsilku terlalu tergesa, terlalu resah

Tunggu.. tunggu akan kuraut
Sampai terlihat lancip dan sisinya bergelombang kecil
Dimana, dimana ya perautku?
Aku lupa, benar benar lupa, serius.

Seperti tangis bayi di malam hari..

Sajak Franky ditulis lagi,
Antara bayi dan rautan, keduanya bertamu, bertabrakan, di ruang sel otakku
Kukeluarkan saja segala isinya dan kucerna satu persatu
Aha, aku ingat, di tas hitam di sudut lemari
Ah apa ya?
Bayi atau rautan?
Rautan, ya ya rautan!

Seperti di film, ibaratnya adegan ini dilewati saja, karena tak penting
Karena ingin buruburu kutulis sajak
Entah sajak apa, mungkin cinta mungkin orang tua, atau mungkin Franky Sahilatua
Sajak apa saja, asal jangan sajak gagal

lalu,
kulanjutkan huruf yang sempat tertambat
……et 1995

Tap!
Ruangan gelap
Penyiar radio sekarat
Sajak Franky mati
Kulongok ke luar melalui jendela
Tak ada siluet cahaya dari balik jendelajendela

Baiklah, kulapangkan hati, kulapangkan sajak
Malam dan gelap telah bersepakat mencuri
katakata pada sajakku yang gagal

Tidak ada sajak, begitu juga kata, begitu juga Franky