Dari tanah ke tanah,
Dari kemudian ke sekian,
Rimbun debu telah menyeruput keringat malam
Di sela lampu kota,
Kau masih bergegas saja
Menggenggam surat jiwa, riwayat hidup, dan sepaket lembaran usia
Katamu “Hari ini aku harus dapat!”
Namun sampai petang, pintu pintu tetap melemparmu,
Baju kering, lalu basah, sampai kering lagi
Karena dikerjai matahari
Di rumah
Anakmu ditiduri dogeng
Istrimu memasak batu
Sepatumu saja bahkan sudah mengantuk!