Buku Harian


Aku mendapatimu di buku harianku
Disitu kamu sedang tersedu-sedu
Karena sebentar lagi akan dilupakan, atau terpaksa dilupakan
Bersama gelombang-gelombang resah yang memaksanya untuk tetap bersendiri

Buku harianku tak ingin lagi mencatat apapun, memang
Layaknya jarak yang tak mau berebut waktu dari Tuhan
Di petang-petang gamang, di malam-malam pejam yang cerca karena air mata

Aku pun harus percaya, mungkin
Bahwa ia hanya butuh jeda untuk sekedar mengosongkan lara
Meski jam pasir belum mau mundur
Dan mengeluarkan sepenggalan kepingan jantungmu yang masih terjerembab oleh desir halus dan bergerigi,
            Tak bisa keluar

Aku tahu siapapun dari kita suatu hari harus pulang
Tetapi, buku harian hanyalah buku harian
Ia bersahaja dan jujur,
meski matanya sering lembur,
Meski telinganya rela kabur karena terlalu lama dibuka dan disuruh kerja

Ia lelah, kata dokter ia harus banyak istirah
Tensi darahnya enam puluh
Terlalu sendu untuk ukuran sebuah buku
Suhu badannya di bawah angka satu
Terlalu tinggi untuk suhu sebuah benda mati

Berkelebat bayangan buku itu di cermin, dadanya bergemuruh hebat
Berdetak-detak kencang hingga kancingnya copot satu per satu,
Melonjak-lonjak seperti malam tawar yang berkencan dengan kelelawar

Kenapa?
Apakah kamu telah sekarat di bibirnya yang berkarat?
Atau kamu telah kehilangan peta hingga tersesat di rongganya yang sempurna bulat?
Sesungguhnya ia hanya harus benar istirahat

Mengertilah!
Ia hanya sebuah buku
Tapi, berat aku percaya bahwa sepenggal jantungmu masih juga terjerembab disana, dikepung oleh desir jam pasir yang halus dan gelincir,
            Tak bisa keluar
                        Tak pernah bisa keluar
            Meski suaraku yang kekar telah mendobrak paksa dirinya agar kamu bersegera keluar, membersihkan kelakar gusar yang perlahan mengendapkan rasa sakit yang tersasar

Bagaimanapun, ia hanya sebuah buku harian,
Jangan paksa ia untuk menangis semalaman, sebulanan, atau setahunan
Ia hanya sebuah benda mati yang hatinya pernah suri



(saat tersesat di suatu halaman buku harian)
Agustus 2011