Di rumahMu, apakah aku masih manusia?

Jika petang,
kulit-kulit ini bermetamorfosa
penuh debu bedak
yang berdebur-debur

Usap,
lagi-lagi usap
hingga kenyataan kabur
pada bayang-bayangku 
di bawah lampu jalan temaram
dan palsu diusung gurai-gurai rambut 
yang entah milik siapa

Kadang musuh-musuhmu--atau musuh kita
berhamburan, menangkap gemulai
gelagat naluri kewanitaanku
memenjarakannya bersama hawa nafsu
yang dibungkus wajah-wajah sok suci itu

Padahal,
diam-diam kau pun
memandang tak sabar
payudara subur buatanku

Padahal, 
siapa sangka,
kita punya dosa yang sama-sama besar
sama-sama tumbuh/bertambah
setiap harinya
tanpa kita tahu
kita masih manusia atau bukan

Lalu aku pulang, dengan disembronokan
dengan cerca 
sekaligus
desah mereka

Akupun tak tahu,
sebenarnya aku masih manusia 
atau bukan

Tapi, di rumahmu
Apakah aku masih diterima?
menjadi manusia (entah dalam bentuk lakilaki atau perempuan) seutuhnya?


2011
Untuk ia manusia ambigu, yang kulihat di pelataran masjid Istiqlal