aku benci kesunyian yang tak pernah membenci diriku

tibatiba aku merasa sunyi melebihi seluruh sunyi
yang pernah menyesaki dadaku
nampaknya sunyi akan tumbuh subur disana
dengan batangbatang kian meninggi, meski
telah bosan kutebangi
mungkin begini rasanya jika sudah terlalu lama bersendiri
seperti beban yang tertambat di punggungku
namun aku tak sanggup untuk menanggungnya
aku hanya mampu sesekali menghibur diri
dan rasanya itu pun tak cukup

dulu, aku pernah merasa lebih sunyi dari ini,
dan masih bisa kuatasi dengan sedikt bepergian
atau kubaca saja sajak Hasan Aspahani
"Aku datang, cuma untuk memungut sunyiku.
Engkau, kapan akan memungut aku? memungut sunyiku?"
--aku dalam sajak itu mungkin
telah lebih maju dari perjanjian
atau ibaratnya sepihak --si aku datang sendiri tanpa perjanjian
kuanggap sajak diatas masih jauh lebih beruntung dari aku 
yang tak tahu siapa tokoh 'Engkau' yang diharapkan memungut aku,
memungut sunyiku. aku hanya tahu--
bahwa sunyi sedari tadi sibuk bercerita, dan aku
mendengarkannya. mendengarkan sunyi berbahasa
tanpa suara, tanpa katakata

atau begini mungkin gaya sunyi bercerita 
seperti Ook Nugroho mengucapkan sajaknya
"Aku tidak pernah tahu kepada siapa katakata ini 
kelak akan sampai akhirnya, pastilah aku
tidak menuliskannya untuk kekosongan belaka."
--aku tak habis pikir, sebab apa sunyi lahir
tanpa tahu siapa yang akan dtuju, siapa
yang akan mampu membaca kesunyian sunyi tanpa ragu--
meski kekosongan kuharap tidak lagi diikuti
dengan kata 'belaka', tetapi juga diisi
dengan suka cita

lalu ketabahan macam apa yang mengalir tanpa habis mengairi sunyi 
--yang punya musimnya sendiri, apakah sunyi yang sebenarnya
menjelma merawat dirinya. aku jadi teringat puisi Memoar di Jendela 2
--kepunyaan Arif Bagus Prasetyo "Bahkan dalam ketabahan pintu muara
saat menyerah pada lautan, engkau masih menangis 
mengenangkan sunyi suaramu menjelma."
--aku curiga, bahwa sunyilah dalang utama dibalik segala keterpura-puraan ini
sunyi menggemakan suaranya sendiri
sunyi berteriak lalu seketika menjelma seperti bisikkan
yang terkukung pada telinga yang setia mengasuhnya
menggemakan sunyi menjadi kelipatan ganda
--yang tak ada habisnya

pada akhirnya,
aku mungkin hanya akan berkata "biarlah!"
ini semua sudah lebih dari cukup
aku tak akan meminta apaapa lagi kecuali jika 
sunyi ingin memberikan dirinya lebih banyak lagi
aku tak akan meminta penjelasan atau bertanya
bagaimana sunyi seharusnya diperlakukan

sebab aku tahu,
apapun pertanyaannya, sunyi jawabannya


2011