biarlah malam ini aku
mengingat nomor telponmu, menekannya
mendengar nada sambung
dan mendengarkan suaramu di ujung sana
aku hanya ingin mengatakan padamu
bahwa malam ini
aku tak bisa menulis sajak
barang satu patah, barang sekali titah
karena kini aku hanya bisa mengombang-ambingkan bahasa
pada desir kopi yang melumat bibirku
menjilat sekian huruf yang berleburan
satu persatu di lidahku
namun tak juga ada yang sudi menumpahkan
dirinya dalam debur kata,
mungkin hanya kepedihan yang sedari tadi mengalir, mengalir sendiri
susah payah aku membolakbalikkan
kamus itu lagi
kupikir aku akan menemukan katakata
yang tepat untuk kujadikan sajak
nihil, tetap saja segalanya terasa ganjil
bahkan aku tak bisa memahami lagi bagaimana sajakku pernah
lahir dan tumbuh berkembang di tempat-tempat
mereka yang rela bersebentar
menitip waktunya ke dalam sajakku yang dulu
yang pernah hidup di bulan bulan sebelum oktober
lalu maukah kau mengangkat telponku
memberitahuku apakah seseorang yang nyaris kesepian bisa
merayu oktober untuk menyelesaikan sajaknya lagi,
sajak-sajak yang mungkin telah mati suri
2011