Doa Akhir Tahun

Dengan menyebut nama sajakmu yang maharindu dan mahasendu

sayup-sayup kalender berkata bahwa ia telah hampir habis masa kadaluwarsanya, namun kudengar sajakmu masih belum khatam juga, setia menunggu semacam titik atau koma untuk menamatkan bagian terakhirnya

lalu pertanda apa lagi yang kau dustakan? sementara kau, si penyair telah ribut bertitah "barangsiapa yang menuju sajakku di rintik-rintik hujan yang patah atau kilau matahari yang parah, maka akan kutempatkan namanya dalam nisanku dengan huruf merah jambu."

ombak, embun, atau waktu telah ikut berembuk di kepala penyair, menerobos dindingnya yang kelam bagai batu, mengetuk bahkan mendobrak agar apa saja bisa keluar dari sana. namun yang kau dapati, hanyalah sekelompok serangga yang berhamburan dari matamu, sembari bersenandung tentang teduhnya bulan desember mereka menggotong-gotong pupil, retina, dan kornea, berserapah bahwa kau akan berjalan doyong dengan kebutaan itu. namun sayang, kau tetap bersikeras menulis dengan dengan lidah yang sebelumnya telah kau belah dengan jemarimu.

wahai penyair, jika kelak kau temui seorang di luar sana yang patah hati, maka selesaikanlah rasa sakitnya dengan kenangan-kenangan itu, olesi wajahnya dengan selai kesukaanmu lalu taburi ia seperti sepotong roti yang mendamba pasangannya. tulislah sebaris, sebaris saja kalimat cinta, atau barangkali ucapkan saja rayuan "aku telah mencintaimu dengan sederhana, seperti airmata kepada mata yang telah menjadikannya ada."

atau bisa saja, jika nanti sudah tertambat waktu di akhir perbatasan, kau kumpulkan angka-angka itu ke dalam sebotol minyak wangi yang bisa kapan-kapan kau semprotkan ke tubuh sajakmu.
barangkali dengan begitu, malaikat akan menghapus dosa-dosamu lalu dengan rela mengucap amin di akhir doamu.

Mahabenar kata dengan segala rayuannya


2011