Dalam Hujan



Aku memang tak punya kenangan yang berkunang dalam kepala
tapi aku masih punya sekotak hujan
untuk kunikmati jika bibirku terasa kerontang
dan lambungku berbunyi “lekas datang--lekas datang!”
Aku pun bisa merasakan hujan itu beradhesi di lidahku
menyetubuhi segala duka kemudian menawarnya

Barangkali aku juga lupa bahwa diriku telah kelewat petang
untuk menampung mimpi yang terlampau anyir
sambil terus menghibur diri
dengan  meminum hujan tanpa henti
mereguknya lalu bersendawa tiap lima menit sekali
Sendawa dengan aromanya yang aneh
Namun aku hapal betul
bahwa itu adalah wangi ketabahan yang
akan selalu timbul pada urat-urat di jemari tanganku
Setidaknya memaksaku untuk tetap tabah

Terkadang jika hujan berhenti,
aku meletakkan semacam kain di sisi jendela
sebagai pertanda bahwa aku berada disini,
--masih di tempat ini
di tempat pemberhentianku yang tak juga punya
alamat ke rumahmu

Jangan berpikir bahwa aku sama sekali tak menunggu
Tetapi ketabahanlah yang membuatku
--untuk tak memaksa
Meski kadang aku putus asa




Jakarta, 2012