Jakarta yang Pendiam

Pukul lima sampai pukul delapan
Jakarta terlihat semakin pendiam
Jangan sesekali kau ajak bicara
Atau berlelucon barang sepatah
atau dua patah

Sebab takkan kau temukan Jakarta
yang gemar tertawa, memamerkan gigi,
beramah tamah, atau bahkan
tipis tersenyum

Kau maklumi saja, sebab di kota ini
kebahagiaan sulit dicari
Dan Jakarta telah menyimpan
banyak dosa barangkali

Namun dari atas jalan layang
dapat kau nikmati panorama
seribu kunang-kunang yang menyala
kunang-kunang yang ingin kau ajak terbang
sampai ke puncak sebrang
sembari mendengarkan
lagulagu berirama pelan

Dari atas sini, rumah-rumah berhamburan
kendaraan seperti semut berbaris
dengan membawa sebatang obor
sebagai pemandu atau
sebagai malaikat pembawa jalan pulang

Gedung-gedung tinggi mulai mengantuk
Pintupintu rapat mengatup,
atapatap telah tertidur payah
Sebab esok akan kau temui lagi
Jakarta yang tak kalah pendiamnya


Jakarta, 2012