Kereta

Di ujung gerbong itu, aku membayangkan kabut
menjadi matamu, dan alismu tercipta dari gerimisgerimis

Lantas apa yang begitu terasa asing, sementara kita rajin
Mengirim doadoa yang tak pernah ada aminnya?

Barangkali kepergianmulah yang akhirnya
Memberangkatkanku pada kehilangan

(Kenapa kau tinggalkan aku, sebelum kita bertemu?)

Aku hendak membayangkan lagi, namun kenangan
Tolol macam begini siapa sudi memungutnya?

Lantas siapa yang pantas dengan nasib begini?
Cuaca juga begini, seperti tahu aku tak
Juga beranjak dari kertaskertas kalenderku--
Melingkari angkaangkanya dengan kesedihan

Susah payah kurawat takdir di garistanganku

: Namun kau hanya menjawab dengan jenaka
Pohonpohon seperti diorama yang juga menertawakan kita
Menertawakanku lebih tepatnya,
Hingga aku bertanya, bagaimana kalau akhirnya
Akulah yang paling kau benci?

Sementara aku tak juga membencimu

Kemarahan adalah warna hitam pada lukisanku,
Dan percayakah kau, aku banyak menggambar
Hantu berparas ambigu seperti wajahmu

Mungkin kau ragu, jika suatu hari
Suara kereta terdengar sesekali di dinding kamarku
Dan menggetarkan poster beatles klasik
Atau menggetarkan cermin yang didalamnya
Banyak bayangan seperti peluru yang menghantam
Jantungku, pembuluhdarahku, ususku,
Dan retinamataku yang terlampau
Sering menelan airmata daripada
Menatap lebam cuaca

(Apakah ini cuma kebetulan?)

Nasib yang kebetulan, perbincangan kebetulan
Dan hubungan yang aneh. Barangkali tak seharusnya
Aku percaya padamu, barangkali aku tak pernah
mengucap sajak Chairil
“Aku pernah ingin benar padamu. Menjadi kanak kembali..”

Apa hubunganku dengan Chairil?
Ah, aku terlalu banyak bertanya, seharusnya kutiru saja 
peramal di ujung jalan sana, 
dengan jarijari yang tabah ia terka hidupnya,
Bahwa burung hantu, atau air rupa-rupa akan membawanya
Ke dalam surga pikirannya
Setidaknya, ya setidaknya
Ia tidak lebih bodoh dariku

Atau ia tak pernah naik kereta
Dengan gerbong yang selalu terbuka
Dengan mimpi-mimpi yang selalu ia bawa dalam kantung tidurnya

(Kau menundaku begitu lama)

Haruskah ada yang terus menunggu seperti tukang
sobek karcis yang muram--menghapal nomornomor
dan waktu keberangkatan

: Aku hendak membayangkan lagi
Bagaimana akhirnya jika kaulah yang paling kubenci?


Suara kereta semakin menderu,
menggetarkan dinding kusam kamarku

2012