Sejejak Sajak


Yang Kutemukan Pada Sebuah Pertemuan dan
Yang Tak Bisa Kuucapkan Pada Sebuah Percakapan

Aku menemukanmu pada malam yang geram;
Piuh angin, cuaca bulan Juni, dan gerimis yang berbaris
Di atas matamu adalah lindap jatuhnya bulan pada wajah
yang mungkin asing—mungkin  juga tak asing.
Pertemuan yang itu bisa jadi
adalah bumerang bagi jantungku yang barangkali
tak pernah kau tahu sudah lebam dan biru.

Tapi aku merasa lunas pada perjalanan yang lama mendamba
Sebuah tiran hujan di seluruh sungai tubuhku.
Disebabkan beberapa hal; aku tak pernah ingin lupa
Dan tak pernah sepakat untuk mengingat suatu pekat nasib
Yang diguratkan pada garisgaris di tanganku.

Apakah yang ada di pikiranmu tentang langit yang
Menahan kantuk pada redupnya binar?—seperti sepasang pilar
Di sepanjang trotoar—hingga nanti kuberikan
Padamu sebotol percakapan,
Untuk aku yang begini dan engkau yang begitu
Agar suatu hari kita begitu lancar memotongmotong
Bayangan kita sendiri yang kerap enggan dipersatukan.

Bukankah perkataan paling indah adalah yang tak pernah
Terucapkan? Maka atas nama kesunyian, kukatakan
padamu perihal yang begitu pendiam dan dendam. Lalu
kenangan yang jauh dan kecewa yang jenuh akan seketika lumpuh
bersimpuh pada segenggam tatapan yang utuh.


2012