Kemarin aku ziarah ke makam
dan satu per satu
kenangan yang pernah kita tanam.
--masih tempat yang sama seperti dahulu,
Lagu lagu dengan irama pelan, cahaya lampu
yang samarsamar menerpa wajahku
yang samarsamar menerpa wajahku
dan satu per satu
ingatanku terlepas kemudian tandas
Aku mulai merapal detik yang pernah kugenggam
dan engkau yang sempat kusimpan dalam tulisan.
Betapa tempat itu sebuah jalan pulang
Untuk mencatat yang telah lewat.
Di tempat itu, kau pernah melesakkan dadaku,
menceritakan sejarah yang tumbuh di kotamu,
menawarkan sesuatu yang mendebarkan
sebab oleh waktu dan jarak.
sebab oleh waktu dan jarak.
Aku membayangkan lagi bagaimana percakapan
bisa lahir dari sepi,
sementara dinding-dinding ruangan perlahan mengepungku
sementara dinding-dinding ruangan perlahan mengepungku
dan menghamburkanku menjadi bunga-bunga ek yang mekar.
Hingga tibalah kita pada
beberapa percakapan yang tak disengaja.
beberapa percakapan yang tak disengaja.
Kau mulai membicarakan tentang banyak hal ;
angan-angan hari depan, silsilah yang panjang,
angan-angan hari depan, silsilah yang panjang,
perihal masa silam, dan kawan-kawan
yang lebur dalam khayalan.
yang lebur dalam khayalan.
(Sementara kau sibuk bercerita,
aku sibuk mendengar detak jantungku sendiri).
Seperti suara kasmaran yang pilu,
aku merajut gelisah dari benang-benang sepi
yang tak bisa kau lihat dari sana
--karena aku tak berani lagi.
2013