Pada langit kamar penuh
memar
Ia tatap sepasang laba-laba
yang tekun menenun
Rumah sederhana seakan-akan tak
takut,
Bahwa yang telah susah payah
dirajut
akan kelut, akan kusut..
“Apakah sepasang laba-laba itu sedang menenun dengan
benang
yang sama murungnya dengan
kemurungan
di angkasa?”
Penyair itu kembali menekuk
lututnya,
Ia goyang-goyangkan pena,
Ia tulis sesuatu di jidatnya
sendiri,
Lalu utopia tentang sesuatu
yang tak pernah dikeluhkannya
Akhirnya tayang juga.
“Sepuluh hari lagi, Plato, anak kita, berulangtahun
Katanya
ia ingin ke pantai, pak.” Ia
seperti
Mendengar kerinduan dilagukan
dari derit jendela
Dan desau gugur daun di beranda
Dari lubang kunci dengan
diameter dua senti
Penyair itu meniupkan kabar
untuk anak dan istrinya
“Kelak di suatu pagi yang tak murung dan
Persembunyian
telah lenyap, bapak akan pulang.”
Malam mendengus, dari kejauhan
ia dengar gelombang balasan
“Bapak sehat? Bagaimana cara menunggu agar tak menyesal?
Bagaimana
cara agar waktu tak merubah kita?”
Ia terdiam lalu kepalanya lesap
di antara siku dan lutut yang
terlipat
2013