Kenapa waktu terlalu cepat bergerak, sementara aku masih
saja tergesa-gesa duduk di ruang tunggu, mengumpulkan nafasku yang berantakan.
Namun syukurlah, kau masih hidup dan segar tersimpan dalam memoriku
yang tak seberapa, seperti sayurmayur dalam lemari es. Aku tak mengizinkannya layu,
sebab hanya ingatan inilah bekalku satu-satunya untuk perjalanan menujumu. Aku juga
tak mengizinkannya beku, sebab kau bisa mati kedinginan di dalamnya.
Kemudian aku berbaring, mencoba menerobos mesin waktu,
mencurinya sebentar dari khayalan untuk sekadar mengembalikan atmosfer yang
pernah tumbuh, bahwa kau pernah disini, kita pernah disini.
Aku betah berlama-lama dalam ruangan ini, sebab kau pernah meletakkkan
jejak-jejakmu dan aku berdoa semoga setidaknya masih ada yang menempel sebelum
angin menerbangkannya entah kemana.
Tapi jangan salahkan angin, jangan salahkan cuaca, jangan
salahkan musim.
Aku hanya harus lebih
perkasa, hingga bulan kembali penuh dan kau akan membawaku pada hari yang tak
pernah kita terka.