Selepas Membaca The Last Words Of Chrisye

..Setangkai anggrek bulan yang hampir gugur layu
Kini segar kembali entah mengapa

Bunga anggrek yang kusayang kini tersenyum berdendang
Matahari kan bersinar lagi..

**

Bait-bait di atas adalah secokol lirik dari salah satu deretan lagu memukau Chrisye yang berjudul anggrek bulan yang dinyanyikan bersama Sophia Latjuba. Suaranya yang tipis dan syahdu selalu berhasil menyentuh dan menyampaikan pesan terdalam sebuah lagu kepada orang-orang yang mendengarnya. Mendadak saya ingin mencari dan mendengarkan lantunan-lantunan indah Chrisye selepas membaca  The Last Word of Chrisye yang ditulis oleh Alberthiene Endah.



Buku yang beberapa bulan sempat saya acuhkan saja di rak dan hanya sesekali saya lihat ini ternyata memiliki segudang pelajaran yang bisa dipetik dari hikmah, getir, dan perjuangan seorang Chrisye. Baik perjuangan dalam karir musikalitasnya mapun perjuangannya melawan paru-parunya yang "rusak". Ya, Chrisye menderita kanker paru-paru stadium 4 di tahun 2005, saat itu usianya berada di usia 56 tahun, usia dimana saat seorang laki-laki sedang menggenggam peranan yang sangat penting sebagai seorang ayah, yaitu menemani keempat anaknya dalam membuat keputusan.

Chrisye yang seorang introvert ini memiliki kenangan masa kecil dan keluarga yang sangat indah. Itulah yang membuat Chrisye seolah tidak bisa menerima kenyataan akan penyakitnya, akan vonis hidupnya yang ia tahu takkan lama lagi. Chrisye tak lagi bisa menjadi ayah yang sempurna seperti ayahnya dulu. Penyakitnya sudah kadung parah, pengobatan hanya berguna untuk membuatnya lebih segar dan lebih baik dalam sisa usianya, bukan untuk memperpanjang masa hidup.

The last words of Chrisye merupakan buku yang ditulis AE dengan mengutarakan segala perasaan campur aduk AE yang berhadapan dengan seorang artis sekaliber Chrisye. Dengan lugas dan metaforanya yang dalam, AE menuntun pembaca untuk ikut merasakan nafas yang dihirup oleh AE saat berhadapan dengan Chrisye. Nafas itu sesekali terasa sesak namun juga mengisi relung-relung batin yang kosong dengan beribu makna.

Dengan plot cerita yang dibuat flashback, AE seolah ingin membuat membaca penasaran bagaimana kisah masa lalunya Chrisye hingga beliau menjadi seorang penyanyi legendaris yang diakui Indonesia. Jujur, tak banyak lagu-lagu maupun perihal Chrisye yang lain yang saya ketahui. Saya menyukai lagu-lagunya tapi tak begitu tau secara dalam juga tak pula ada upaya untuk mencari tahu. Sampai saya menemukan buku ini di toko buku Gramedia Matraman yang disandingkan dengan buku-buku biografi musisi lainnya.

Bukan hanya tentang rasa sakit dari perjuangan melawan kanker, tapi Chrisye juga berupaya membagi apa yang sudah dicapai dan bagaimana cara menggapai impiannya. Dan yang paling penting, mengajak kita untuk mensyukuri hidup sebab betapa berharganya kesempatan dan keleluasan untuk bisa bergerak, seperti yang dituturkan oleh Chrisye.

Di akhir sisa usianya, bahkan Chrisye masih ingin bisa berguna. Walau sisa-sisa energinya mulai redup namun semangatnya masih terang menyala. Chrisye ingin berbagi dengan membuat buku biografi karena realitas di depan adalah bayangan kehidupan yang akan berakhir. Tergugah. Satu kata yang mewakili saat membaca buku ini, baik dalam semangat, rasa syukur, hikmah, dan inspirasi untuk tabah dan berjuang akan sesuatu yang ingin kita capai. (ANW)

2015