Guru Honor

Salah satu persoalan besar dalam hidup adalah determinasi antara yang 'diinginkan' dan yang 'dibutuhkan'. Perspektif seperti ini hanya mampu dan sanggup kita jelajahi jika kita sudah benar berusaha membersihkan pikiran-pikiran kita dari unsur negatif bahwa Tuhan selalu salah memberi dan memberi tidak tepat sasaran. 

Seringkali, seorang guru honor yang sudah lebih dari 10 tahun mengabdi di sebuah sekolah mengeluh karena tak kunjung mendapatkan upah yang sesuai dengan pengabdiannya selama ini. Saat petang guru honor itu datang ke rumah, mengadukan beban-beban yang ditanggungnya.

"Sedih deh, anakku mau beli mainan ga bisa. Pengen gitu rasanya beliin mainan baru, ngajak anak jalan-jalan ke mall, dan makan ayam di restoran cepat saji. Kenapa ya orang-orang yang sudah berusaha berbuat baik itu kayaknya gak pernah habis ujiannya? Orang-orang jahat selalu dikasih hidup enak dan kayanya gampang mau ngapa-ngapain aja."

Ya, konsekuensi hidup memang begitu. Hakikatnya hidup adalah ujian. Firman Allah kan kita ini belum beriman jika belum diuji. Memangnya mau kita dikasih nikmat terus sama Allah tapi konsekuensinya kita tidak akan menjadi manusia yang sepatutnya manusia? Yang kamu ingin tidak terwujud. Tapi diri dan anakmu sehat, suamimu sehat, keluargamu rukun. Bukannya itu yang paling kamu butuhkan? Ketika nikmat itu -misalnya- tidak terjadi. Contoh anakmu sakit dan sakitnya berat, doa'mu pasti selalu menyebut-nyebut "Ya Allah.. sembuhkanlah anakku, berikanlah kesehatan. Tak jalan ke mall pun tidak apa, asalkan penyakitnya sembuh dan bisa sehat seperti semula." []