Hati yang mulia barangkali patut diberikan kepada seseorang yang tidak pernah meminta-minta, selalu memberi dan tidak menampakan kesulitan yang dialami. Ada seorang janda beranak satu, ditinggal mati suaminya 3 tahun silam. Alhasil, wanita itu pun menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi buruh di pabrik kacamata. Ia tidak pernah meminta-minta pun tidak mau diberi sesuatu yang materiil sifatnya. Kemudian ada seorang dermawan yang ingin bersedekah terhadapnya namun tidak pernah diterima.
Hingga pada suatu hari dermawan itu memberikan makanan serta pakaian untuk wanita itu dengan meletakkannya di pintu rumah. Tapi janda berhati mulia itu tidak mengambilnya hingga makanan dan pakaian itu pun dicuri oleh orang lain. Sang dermawan itu pun agaknya geram tapi tak lantas menyurutkan semangat sedekahnya. Sang dermawan berpikir ngalor ngidul hingga akhirnya ia menemukan sebuah metode memberi yang tepat dan kecil kemungkinan janda berhati mulia itu akan menolaknya.
Hingga pada suatu hari dermawan itu memberikan makanan serta pakaian untuk wanita itu dengan meletakkannya di pintu rumah. Tapi janda berhati mulia itu tidak mengambilnya hingga makanan dan pakaian itu pun dicuri oleh orang lain. Sang dermawan itu pun agaknya geram tapi tak lantas menyurutkan semangat sedekahnya. Sang dermawan berpikir ngalor ngidul hingga akhirnya ia menemukan sebuah metode memberi yang tepat dan kecil kemungkinan janda berhati mulia itu akan menolaknya.
Suatu pagi, seperti biasa, janda berhati mulia itu pergi ke pasar untuk membeli sayur dan lauk-pauk. Karena sudah tahu kebiasaannya, sang dermawan mengikutinya hingga ke pasar. Tiba di depan gerobak penjual tempe, sang dermawan itu menepuk pundak janda tersebut. Sang dermawan berkata, "Bu, ini uangnya jatuh tadi di jalan. Saya melihat dari belakang saat ibu berjalan tadi, uang ini terjatuh dari dompet ibu."
Sambil bengong dan melihat kembali isi dompetnya, janda itu pun menerima dua lembar uang lima puluh ribuan dari tangan dermawan itu. Ragu-ragu ia ucapkan terima kasih kepada sang dermawan yang kemudian pergi berlalu. Kepada kakek penjual tempe, janda berhati mulia itu membayarkan uang lima puluh ribuan untuk satu buah tempe sambil berkata, "Uang kembalinya ambil saja ya, Kek." []
Sambil bengong dan melihat kembali isi dompetnya, janda itu pun menerima dua lembar uang lima puluh ribuan dari tangan dermawan itu. Ragu-ragu ia ucapkan terima kasih kepada sang dermawan yang kemudian pergi berlalu. Kepada kakek penjual tempe, janda berhati mulia itu membayarkan uang lima puluh ribuan untuk satu buah tempe sambil berkata, "Uang kembalinya ambil saja ya, Kek." []