Ya Allah,
sapaanku padaMu barangkali tidaklah cukup sebagai pengantar pintaku.
Suduh
cukuplah lagi kelindan dari rasa ingin yang semu dalam jalur hidup duniaku.
Duka ataupun
gembira bagiku terasa sama saja.
Aku pun
tengah berjalan dimana tujuanku adalah penantian pada keikhlasan serta
kepasrahanku.
Kuserahkan mimpi-mimpiku
ntuk membubung setinggi-tingginya dan biarlah Engkau yang memeluknya.
Aku tahu
diri, ya Rabb.
Kelakuanku
tak cukup indah untuk membuat wajahMu tersenyum padaku.
Lisanku tak
cukup manis untuk menjadikanmu bahagia telah menciptakan aku.
Tapi Engkau
Yang Maha Baik selalu berkenan membukakan pintu-pintu maafMu untuk insan yang naïf
dan hina ini.
Ya Rabb,
biarlah diriku saja yang menjadi tanggunggan asalkan bisa mengurangi ataupun
meringankan sakit-sakit dan luka-luka orang lain.
Biarlah
penderitaanku dipercepat di dunia ini asalkan Engkau ridho terhadap diriku.
Bukan, bukan
aku meminta nasib yang buruk.
Tapi mesti nikmat
apa lagi yang kuminta? Jika Engkau sudah memberikanku segala-galanya tanpa
pernah aku mengucapkan satu katapun dari permintaanku yang bahkan tidak aku
sadari.
Aku mencintaiMu, rasulMu, nabi-nabiMu, para Ummul Mukminin, sahabiyah dan permohonan untukku agar aku bisa belajar mencintai dengan
sejati.
Tidak apa
jika itu harus kumulai dari nol lagi.
Mengucap syahadat
lagi dan lagi.
Jakarta, 17 Februari 2016