Cermin dan Bayangan

Kata orang, jodoh kita itu adalah cerminan diri kita. Kata Tuhan pun begitu. Bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik, juga sebaliknya. 

source image : https://id.pinterest.com/pin/102034747788177206/

Diri kita ibarat cermin, jodoh kita adalah bayangannya. Maka sederhana sekali rumusnya. Jika kita inginkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri kita. Semakin kita memperbaiki diri, maka jodoh kita semakin pula memperbaiki dirinya. 

Kesulitannya, kita sering tidak konsisten dalam upaya itu. Kita seringkali dipuaskan oleh sisi diri kita yang merasa sudah baik. Kita sering tidak menyadari atau tidak mencari tahu di luar perkara yang sudah kita ketahui. 

Kesulitan yang kedua, kita lebih mudah fokus terhadap kekurangan orang lain, bukan kepada diri kita sendiri. Refleksi diri menjadi asing, mengevaluasi orang lain adalah hobi kita. Dan tiba-tiba kita menjadi juri yang pintar menilai orang lain dan merupakan peserta yang bodoh dalam ajang intropeksi diri. Malah kita lupa, apakah dalam diri kita ada yang mesti diperbaiki? 

Untuk mempermudah dalam mengevaluasi diri, maka gunakanlah cermin. Siapa saja bisa menjadi cermin bagi diri kita. Atau jadikanlah diri kita sebagai cermin dan lihatlah bayangannya. Maka kita akan mudah memhamai apa yang masih salah dari keroposnya perilaku kita. 

Lalu jangan mudah kecewa soal apa-apa yang bayanganmu lakukan jika tidak sesuai harapanmu. Barangkali diri kita pun lebih banyak mengecewakan bayangan. Barangkali akhlak kita masih banyak yang berkarat. Barangkali janji kita masih banyak yang terabaikan. Barangkali masih banyak dusta dalam ucapan kita. 

Jadi, berusalah sekuat tenaga untuk menjadi seseorang yang kita rindu kehadirannya, dan kita pilu atas alpanya. Bersabarlah dan jangan menyerah, seolah menyerah adalah sesuatu yang terlarang di negeri ini. Bersemangatlah memperbaiki diri. Bukankah kita inginkah jodoh yang baik dan selalu terus menerus memperbaiki dirinya?

Jakarta, 22 November 2016
21:08