Ludira Yudha untuk GAIA Cosmo

Hari ini, Rabu 15 November 2017. Aku menemani suami bekerja: nguntel kawat. Bukan, bukan di rumah yang biasanya kami berdua melepas penat kami dengan acara Running Man. Tetapi di Hotel. Ya, hari ini aku diajak suamiku ke Gaia Cosmo Hotel, Jogjakarta. 

Saat jejak kami menapaki lantai Hotel, suamiku langsung menggiringku untuk duduk di lobi. 
"Duduk dulu di sini ya. Aku mau ke toilet. "Katanya sambil menunjuk ke arah kursi yang berada di lobi lantai 1. 
"Iya. Tapi karyamu dimana mas?"Tanyaku sembari duduk di salat satu sofa lobi. 
"Kamu ngga ngeliat? Segede itu?" Mendengar jawaban suamiku tentu saja aku langsung melihat sekeliling.  Dan benar saja ternyata karyanya ada di sebelahku persis. 
"Masya Allah.." Aku pun langsung menertawai kebodohanku atau mungkin kekacauan penglihatanku. 
"Kamu memang ngga memperhatikan.." Jawab suamiku sambil berlalu ke toilet. 

Karya itu benar-benar di sampingku. Karya yang ternyata jika digantungkan di beton hotel ini ukurannya terlihat tidak sangat besar seperti saat aku melihatnya di rumah. Ditambah desain hotel dengan warna dinding yang dibuat natural warna semen membuat karya ini menjadi senada dan kurang menonjol. Sehingga, untuk orang-orang sepertiku, yang tidak terlalu baik dalam memangkap suasana sekitar tidak bisa langsung melihat keberadaan karya. 

Karya itu dibuat dari kawat galvanis, menghabiskan 8 roll kawat dengan berat 1 rollnya 250 ons. Bisa dibayangkan betapa beratnya karya itu. Proses pembuatannya sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 3 bulan lamanya. Tentunya dibantu menggunakan bantuan asisten. Aku tahu membuatnya penuh kesabaran. Aku saja membantu nguntel kawat hanya dapat sekitar 15 bola kawat, setelah itu bosan dan tidak membantu lagi. Maafkan aku suamiku, karena aku lebih memilih jadi asisten untuk melayani kebutuhan konsumsimu saja. Hehehe. 

Kembali kepada karya, karena sebenarnya disini aku ingin membahas soal karyanya. Karena untuk pertama kalinya bagiku melihat proses pembuatan dari tidak ada kemudian menjadi ada. Dan kini "dipajang" di Hotel. Kesabaran itu bermula dari ketika membuat pola awal kawat. dari pola ditumpuk dan dibuat menjadi lembaran, dari lembaran dibuat menjadi bola. Untuk volume bolanya sendiri disesuaikan, ada yang diisi dengan pola-pola hingga penuh. Namun ada juga yang dibiarkan kosong hingga terlihat rongga-rongganya. 

Perkara bentuk dari karya ini mengambil ide dari umbi-umbian. Yang sebenarnya ide ini mengandung keselarasan dari konsep Hotel Gaia itu sendiri. Ulasan lebih lengkapnya bisa dilihat dari ulasan berikut ini http://www.gaiacosmo.com/blog-3/2017/11/14/gaia-art-movement-artist-profile-bodas-ludira-yudha