Kepada seseorang yang kupanggil dengan sebutan : IBU


Cintaku padamu adalah candu. Candu yang sendu, yang tanpa jeda kucumbu. Aku rela menghabiskan waktu dua puluh empat jam atau seribu empat ratus empat puluh menit atau dua ribu seratus enam puluh detikku untuk mencintaimu, karena kau pun rela melakukan hal yang sama bahkan lebih dari itu. 

Aku candu untuk mencanduimu. Untuk berbincang denganmu, atau sekedar membuatkan secangkir teh hangat dengan rasa kesukaanmu, secangkir teh yang manis namun terselip getir didalamnya, secangkir teh yang harus dibuat dengan penuh kehati-hatian. Meski aku tahu bahwa akupun tidak pernah hati-hati dan selalu sembrono dalam meracik cintaku padamu, cintaku padamu selalu terburu-buru, karena kau adalah candu yang tak bisa dihati-hatikan.

Kau adalah suatu alasan yang membuatku sedikitpun tak bisa berpaling. Dan aku berjanji, aku tidak mau dikalahkan oleh musuh yang bernama waktu, yang mengikiskan satu per satu ingatanku tentangmu. Tidak, aku akan selalu mengabdi padamu dan selalu ingat untuk tidak pernah melupakanmu, bahwa kau adalah seseorang yang paling kucintai tanpa aku pernah mau untuk kehilanganmu.

Mungkin aku akan tahu, suatu tempat dimana kita berdua tidak lagi menjadi sendiri. Dengan harapan seperti ini, yang membuatku bertahan akan keyakinan tentang cinta pada sebuah sudut yang berada diantara kita. Di sebuah tempat yang basah dan penuh gelisah. Di sebuah kursi goyang yang selalu kau goyangkan dengan kakimu yang goyah, hanya untuk meyakinkan bahwa kau tidak akan pernah berhenti, untuk mencintaiku. Seperti aku yang selalu ingin dicandui oleh cintaku sendiri kepadamu, cintaku yang juga tidak pernah ingin berhenti.

Ketika aku memikirkan bahwa suatu hari aku akan tumbuh menua dan pada akhirnya kau akan hilang. Atau aku tidak akan sempat lagi mencium tanganmu yang keriput dilahap kerut. Atau ketika kau mulai pikun, kuharap ada satu hal yang kau tidak akan memikunkan dirimu untuk itu, bahwa aku adalah orang yang candu untuk mencintaimu dan tidak boleh masuk daftar hal-hal yang kaupikunkan.
Aku akan selalu bertahan karena satu alasan, karena cintaku padamu adalah candu, yang tidak bisa kuhilangkan meski hanya detik kesatu atau untuk perjumpaan yang sama-sama kita tahu bahwa kita masih semesra dahulu. Masih sangat mesra seperti sepasang kekasih yang baru dijatuhi cinta, yang baru dijatahi rasa.

Di lorong jiwaku, aku merasa tidak kekurangan sesuatu apapun yang membuatku menjadi lemah, karena kau, karena kau adalah candu yang menghidupkan canduku itu, yang menghidupkan hidupku yang selalu ingin memproduksi candu untuk mencintaimu.



(2011)