seperti puisi

sudah lama saya jatuh cinta pada puisi, tapi ketika melihat seorang penyair, saya bisa jatuh cinta berkali-kali..

hari ini saya bertemu dengan Sitok Srengenge, saya bertanya kepada beliau apa itu puisi. beliau menjawab "sampai sekarang puisi belum punya definisi, begitu banyak definisi, tapi tak ada satupun definisi yang bisa menampung puisi. puisi lahir dengan caranya sendiri, dengan proses yang berbeda dari kelahiran puisi yang satu dengan puisi yang lain. ini bukanlah sesuatu yang istimewa. puisi atau bukan puisi tergantung dari si pembuatnya dan penyair tidak lebih hebat dari tukang martabak."

kemudian saya bertanya lagi "kalau begitu ketika puisi lahir apakah ia akan seutuhnya melepaskan diri dari si penyair, atau penyair akan diam-diam menyusup masuk ke dalam puisi yang dibuatnya? jika ketika puisi lahir seutuhnya terlepas apakah itu berarti pembaca bisa bebas menangkap makna puisi?"

sambil membetulkan letak topinya ia menjawab, "ya, siapapun bebas menangkap makna puisi, puisi tidak punya satpam yang menjaganya seharian, dan kualitas puisi tidak lepas dari campur tangan pembaca. tafsir puisi akan begitu panjang berhalaman-halaman jika pembaca mempunyai keliaran imajinasi dan pandai menangkap apa itu yang tidak tampak, sedang makna puisi akan begitu sempit jika tingkat pemahaman pembaca dangkal terhadap sastra. begitu saya harap itu  sudah cukup menjawab."

terimakasih, ini benar-benar sudah lebih dari cukup. lalu keesokan harinya saya bertemu dengan Sapardi Djoko Damono, saya mengangkat tangan setinggi-tingginya tapi mungkin ia tidak melihat saya, dan saya belum sempat betanya apa-apa. 

mungkin lain kali bisa bertemu lagi. ya, lain kali..



oktober 2011